World Bookday (Hari buku Seduia 23 April)

Selasa, 24 April 2012

TIDAK banyak yang peduli terhadap peringatan Hari Buku Sedunia yang jatuh pada 23 April, hari ini. Sekurang-kurangnya tak seheboh Valentine’s Day, Februari lalu. Padahal bagi kalangan terpelajar buku adalah simbol ilmu pengetahuan. Pepatah Latin menyebut,doctus cum libro. Orang menjadi pandai karena buku. Jangan-jangan sebagian besar kalangan terpelajar kita, belum pernah dengar Hari Buku Sedunia (World Book Day).
Tapi tak masalah. Sepanjang masyarakat kita sudah gemar membaca dan mencintai buku, maka ada atau tidak ada Hari Buku Sedunia, tidaklah menjadi persoalan. Sebab, salah satu tujuan UNESCO, menetapkan Hari Buku Sedunia adalah untuk kampanye agar masyarakat terutama kaum muda menyenangi kegiatan membaca. Seseorang hanya dapat disebut sebagai terpelajar karena buku yang sudah dibacanya atau yang sudah diterbitkannya. Gambaran masyarakat kita esok hari sebagai masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan adalah masyarakat yang terdidik, masyarakat yang terdidik adalah masyarakat yang gemar membaca.
Di sinilah letak masalahnya. Kenyataan tidak seindah yang dibayangkan. Saat ini minat baca anak Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa Sekolah Dasar, hanya menempatkan Indonesia pada psosisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Data lain yang sangat membuat galau adalah hasil studi yang dibuat Center for Social Marketing (CSM) terhadap perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara termasuk Indonesia. Di AS, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku. (republika.co.id 8/7/2010)
Dan masih ada beberapa penelitian dalam berbagai versi dari berbagai sumber yang menyimpulkan bahwa minat baca siswa kita sangat rendah. Siswa kita tahan berjam-jam baca SMS atau BlackBerry Messeger (BBM) tapi jangan suruh baca buku, capek dech. Padahal buku telah diakui sebagai alat komunikasi yang paling berpengaruh kepada perkembangan peradaban manusia. Buku banyak menghimpun pemikiran dan pengalaman manusia. Buku juga lebih berpengaruh kepada anak didik daripada sarana lainnya. Karena itulah orang tua-tua kita mengatakan, membaca (buku) itu pelita hati.
Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia, bersama-sama dengan sekelompok mahasiswa se Surabaya (triniharyanti.blogspot.com), punya cara unik menggelorakan minat baca dan memeriahkan Hari Buku Sedunia dengan membagi-bagi seribu bunga mawar kepada masyarakat Surabaya, dengan mengemas pesan, buku itu penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan buku semua informasi, pengetahuan, dan ilmu bisa diperoleh. Dengan buku masyarakat lebih cerdas dan kehidupan bisa berubah. Patut ditiru.



Source: Kompasiana
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net

0 komentar:

Posting Komentar